rumahjurnal – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tengah menangani kasus yang menyita perhatian publik. Seorang siswi SMP di Jawa Barat dilaporkan gagal naik kelas setelah nilainya anjlok drastis akibat kecanduan bermain gim daring. Berdasarkan keterangan pihak sekolah, siswi tersebut mulai menunjukkan penurunan prestasi sejak awal semester genap, sering bolos, dan mengabaikan tugas sekolah demi bermain gim hingga larut malam. Kasus ini menjadi sorotan setelah orang tua siswi melapor ke KPAI karena merasa tidak mendapat pendampingan yang cukup dari pihak sekolah.
Peran KPAI dalam Penanganan
KPAI langsung turun tangan dengan memanggil pihak sekolah, orang tua, dan siswi untuk mencari solusi bersama. Menurut salah satu komisioner KPAI, fokus utama adalah pemulihan kondisi psikologis anak serta memastikan haknya untuk mendapatkan pendidikan tetap terpenuhi. Selain itu, KPAI juga memberikan rekomendasi program rehabilitasi ringan dengan melibatkan konselor sekolah dan psikolog anak. Media dailyinfo mencatat bahwa KPAI menekankan pentingnya kerjasama semua pihak, termasuk pemerintah daerah, untuk mencegah kasus serupa di masa depan.
Faktor Penyebab dan Tantangan
Hasil awal investigasi menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan orang tua dan absennya pembatasan penggunaan gawai menjadi faktor utama kecanduan tersebut. Selain itu, lingkungan pertemanan yang juga gemar bermain gim daring membuat siswi semakin sulit lepas dari kebiasaan tersebut. Tantangan lain adalah minimnya edukasi tentang literasi digital di sekolah, sehingga siswa tidak memahami dampak negatif penggunaan teknologi tanpa kontrol. Pakar pendidikan menilai kasus ini sebagai peringatan bagi sekolah untuk mengintegrasikan pendidikan digital ke dalam kurikulum.
Tanggapan Publik dan Dunia Pendidikan
Kasus ini memicu beragam reaksi dari masyarakat. Sebagian menyalahkan orang tua karena kurang mengawasi, sementara yang lain menilai pihak sekolah juga memiliki tanggung jawab dalam memantau perubahan perilaku siswa. Di media sosial, perdebatan muncul terkait apakah kecanduan gim harus dianggap sebagai masalah kesehatan mental yang memerlukan intervensi khusus. Beberapa sekolah di daerah lain bahkan mulai merencanakan aturan ketat terkait penggunaan ponsel di lingkungan sekolah untuk mencegah masalah serupa.
Langkah Pencegahan ke Depan
Sebagai tindak lanjut, KPAI berencana membuat panduan nasional tentang pencegahan kecanduan gim pada anak-anak dan remaja. Panduan ini akan mencakup metode pengawasan gawai di rumah, strategi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi secara positif, serta kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas. Pemerintah daerah juga diharapkan menyediakan fasilitas kegiatan ekstrakurikuler yang menarik agar anak-anak tidak hanya terpaku pada dunia virtual. KPAI menegaskan bahwa kasus ini harus menjadi pembelajaran kolektif untuk membangun generasi yang sehat secara fisik dan mental di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
