[Review Film] Marlina: Perempuan Tangguh dari Tanah Sumba


Judul Film       : Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak

Durasi             : 1 jam 30 menit.

Tanggal Rilis   : 16 November 2017


Film Marlina Dalam Empat Babak | photo by hops.id


Kebebasan dan keadilan terhadap kaum perempuan akan selalu menjadi topik menarik untuk diperbincangkan. Walaupun kebebasan dan keadilan memiliki makna tersendiri untuk setiap orang, namun seharusnya harus ada kebebasan esensial yang menjadi hak untuk setiap orang, termasuk juga perempuan.

Masih banyak stereotip yang salah tentang perempuan dan di sini perempuan hanya bisa berpangku tangan menerima keputusan tersebut. Seakan ‘perempuan sebagai makhluk kedua` itu adalah kodrat yang telah Tuhan berikan kepada manusia. Sehingga kekerasan, eksploitasi dan ketidakadilan yang diterima oleh perempuan dianggap sebagai hal yang wajar. STOP. “Apapun jalannya, perempuan berhak mendapatkan keadilan.” Namun tetap ada para perempuan yang terus memperjuangkan hak-haknya untuk mendapatkan keadilan dan melawan kerasnya budaya patriarki.

Salah satu perjuangan perempuan dalam memperoleh kebebasan digambarkan dalam film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak yang disutradarai oleh Mouly Surya.

Marlina yang diperankan oleh Marsha Timothy merupakan seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya. Ia tinggal seorang diri di atas perbukitan daerah Sumba.

Masalah mulai muncul saat Markus yang diperankan oleh Egi Fedly seorang bos perampok dan gerombolannya datang kerumah Marlina. Mereka datang untuk merampas apa yang dimiliki Marlina. Markus dan gerombolannya datang untuk mengambil seluruh harta milik Marlina, seluruh harta benda dan ternak yang dimiliki Marlina diambil dan dibawa oleh mereka. Tak cukup hanya dengan harta, mereka juga berencana untuk mengambil kehormatan Marlina.

Tidak tinggal diam, Marlina pun bertindak. Marlina memikirkan bagaimana cara untuk melawan Markus beserta gerombolannya.  Marlina tidak ingin hanya tinggal diam saat ia ditindas dan dilecehkan. Ia ingin melawan dan memperjuangkan kebebasan yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, baik itu laki-laki maupun perempuan.

Saat menonton film ini, rasanya seperti sedang menonton film luar, film ini disajikan dengan nuansa koboi, namun koboi yang disajikan terdapat ditanah Sumba, Indonesia. Dalam film ini Mouly mengungkapkan perjalanan Marlina melewati rintangan dan halangan yang dihadapi kaum perempuan dalam memperoleh kebebasan yang disajikan dalam empat babak perjalanan.

Empat babak perjalanan ini menjadi saksi Marlina dalam mempejuangkan hak kebebasan yang seharusnya ia dapatkan. Saat ia ditindas dan dilecehkan, ia harus berusaha melawan agar apa yang diinginkan Markus dan gerombolannya tidak tercapai.

Menghadapi situasi yang sangat membahayakan bagi dirinya, Marlina tetap tenang dengan segala rencana yang terdapat didalam pikirannya. Dalam film ini digambarkan bahwa Marlina merupakan sosok perempuan yang kuat, dan juga bertekad. Seperti pada umumnya perempuan Sumba, Marlina juga digambarkan merupakan sosok perempuan yang gagah dengan fisik yang kuat.

Dengan berbekal racun, ia bertekad untuk menyingkirkan Markus dan gerombolannya. Namun, cara ini hanya berhasil kepada sebagain gerombolannya saja. Markus sang ketua geng belum dapat Marlina lumpuhkan.

Tak kehabisan akal Marlina pun dengan berani mengambil Parang dan memenggal kepala sang ketua kelompok tersebut. Setelah berhasil memenggal kepala sang ketua, Marlina kemudian hendak memperjuangkan keadilannya dengan membawa kepala Markus ke kantor polisi terdekat.

Dengan selembar kain, Marlina ikat kepala Markus yang sudah terpenggal tadi dan dibawanya ke kantor polisi untuk dijadikan bukti dengan tangannya sendiri. Di dalam perjalananya tentu tidak semulus yang diharapkan. Banyak rintangan yang harus dihadapi oleh Marlina. Mulai dari tidak adanya kendaraan yang bisa ia tumpangi hingga dibuntuti oleh anak buah Markus yang terisisa.

Banyak lika-liku yang harus dihadapi Marlina dalam memperjuangkan apa yang seharusnya ia dapatkan.  Setelah melaui banyak rintangan tersebut, apa yang seharusnya Marlina dapatkan juga tidak sepenuhya ia dapatkan.

Melalui film ini, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Walaupun film ini digambarkan terkesan seperti film yang menyeramkan, namun penonton akan dibuat tegang dengan nuansa-nuansa berani yang ditampilkan oleh Marlina. Film ini memiliki cukup banyak genre, baik thriller, horror, perjuangan dan juga keluarga yang dibungkus secara proporsional oleh sutradara. Film ini juga memborong banyak penghargaan dari piala Citra. Hal ini menandakan bahwa film ini merupakan film yang layak ditonton sebagai salah satu karya bangsa.

Dari kisah Marlina tersebut kita bisa tau dan sadar akan kersanya perjuangan kehidupan yang di alami oleh perempuan. khusunya mereka yang mengalami pelecehan seksual. Kita bisa abai apabila pelecehan tersebut jauh dari kita. Tapi bayangkan dan coba posisikan diri anda sebagai korban atau mungkin bayangkan itu adalah saudara atau pasangan anda. Bagaimana yang anda rasakan?

Apiknya film tersebut mengantarnya memboyong 10 Piala Citra pada tahun 2018, juga 5 pengargaan Piala Maya di tahun yang sama. Adapun beberapa pengahargaan interansional meliputi; Penghargaan Asian World Film Festival (AWFF) 2018 sebagai 7 terbaik kategori film khusus penilaian juri; Best Film pilihan juri di Rusia. Selain itu film ini juga telah didistribusiakn ke 18 negara.

Post a Comment

Previous Post Next Post