Ini 3 Perbedaan Imlek Bagi Orang Cina dan Agama Konghucu

Perayaan tahun baru imlek | photo by: wofs.com on pinterest  


Tahun Baru Imlek adalah salah satu perayaan terbesar dalam budaya Tionghoa yang akan dirayakan pada Rabu, 29 Januari 2025. Namun, meskipun sering diidentikkan dengan Kebudayaan Tionghoa, perayaan ini memiliki makna yang berbeda bagi komunitas Cina secara umum dan mereka yang menganut agama Konghucu. Perbedaan ini mencakup aspek budaya, keagamaan, dan filosofis yang membentuk pandangan masing-masing kelompok terhadap perayaan tersebut.


Imlek dalam Budaya Cina

Bagi orang Tionghoa pada umumnya, Imlek adalah perayaan tradisional tahun baru berdasarkan kalender lunar Tionghoa. Perayaan ini menandai pergantian tahun dan biasanya berlangsung selama 15 hari, dimulai dari malam tahun baru hingga Festival Cap Go Meh. Dalam konteks budaya, perayaan ini menjadi saat untuk berkumpul bersama keluarga, memberikan penghormatan kepada leluhur, dan memperkuat ikatan sosial. Tradisi seperti makan malam keluarga, memberikan angpao, dan menyalakan kembang api menjadi bagian penting dari perayaan ini.


Imlek juga dianggap sebagai kesempatan untuk membersihkan rumah dan mengusir energi negatif, serta menyambut keberuntungan dan kesejahteraan di tahun yang baru. Secara umum, bagi masyarakat Tionghoa, maknanya lebih fokus pada aspek tradisional dan sosial yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan harapan akan masa depan yang lebih baik.


Pesta rakyat Tionghoa tersebut biasanya ramai dirayakan pada malam hari, atau disebut malam Chuxi. Mulai tanggal 29 atau 30 bulan ke-12 Kongzili, zishi pukul 23.00-01.00 berdasarkan kalender lunar. Sebelum pesta imlek, orang-orang Tionghoa melakukan ibadah syukur dan berdoa kepada para leluhur atas segala berkah yang didapat selam satu tahun dan berharap mendapatkan keberkahan lebih besar di tahun yang akan datang.


Orang-orang Tionghoa biasanya mengucapkan xīn nián kuài lè dalam bahasa Mandarin. Maknanya adalah ucapan tahu baru dengan harapan menjadi tahun yang lebih baik dan mengurangi dibandingkan tahun sebelumnya. Orang Tionghoa identik merayakannya dengan pertunjukan budaya tradisional Tiongkok yang masih dilestarikan hingga saat ini, seperti barongsai.


Perayaan Tahun Baru Imlek di Sam Poo Kong | Foto oleh Dinas Pariwisata Kota Semarang: pariwisata.semarangkota.go.id

Imlek dalam Perspektif Agama Konghucu

Sementara itu, bagi penganut agama Konghucu, Imlek memiliki dimensi spiritual yang lebih mendalam. Imlek bukan sekedar perayaan budaya, tapi juga waktu untuk menghormati Tian (langit), dewa-dewa, dan leluhur. Dalam tradisi Konghucu, nilai-nilai kesalehan anak kepada orang tua (xiao) dan penghormatan terhadap leluhur menjadi inti dari perayaan ini.


Penganut Konghucu biasanya mengawali perayaan Imlek dengan melakukan ritual sembahyang di altar keluarga atau di klenteng. Mereka mengumpulkan doa dan persembahan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan dan meminta berkah untuk tahun yang akan datang. Dalam konteks ini, perayaan tahun baru lunar ini menjadi momen refleksi spiritual yang menekankan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.


Selain itu, filosofi Konghucu yang mengutamakan keseimbangan dan harmoni juga diterapkan dalam cara mereka merayakan Imlek. Tradisi seperti memberikan angpao atau berbagi makanan tidak hanya dianggap sebagai bentuk kebahagiaan, tetapi juga merupakan wujud dari prinsip-prinsip moral dan ajaran yang diajarkan oleh Kongzi (Konfusius).


Perayaan Tahun Baru Cina | foto oleh wofs.com: Piterest

Kesamaan dan Perbedaan

Meskipun memiliki fokus yang berbeda, baik orang Cina secara umum maupun penganut agama Konghucu memandang perayaan ini sebagai waktu yang penuh makna. Kesamaan utama terletak pada penghormatan kepada leluhur dan pentingnya kebersamaan keluarga. Namun, perbedaannya terletak pada sudut pandang: bagi masyarakat Cina umum, perayaan ini lebih merupakan tradisi budaya, sedangkan bagi penganut Konghucu, Imlek adalah perayaan yang sarat nilai spiritual dan filosofis.


Imlek adalah perayaan yang kaya akan makna, baik secara budaya maupun spiritual. Perbedaan makna antara masyarakat Cina secara umum dan penganut agama Konghucu menunjukkan bagaimana sebuah tradisi dapat berkembang dan diinterpretasikan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing kelompok. Pada akhirnya, perayaan tahun baru cina tersebut mengajarkan pentingnya menghormati tradisi, memperkuat hubungan keluarga, dan menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur.


Perayaan Imlek di Indonesia mengalami sejarah yang panjang. Peraturan yang dikeluarkan Negara setelah menerima Agama Konghucu sebagai salah satu agama di Indonesia yang diakui Negara didukung dengan Keputusan Menteri Agama No. 13/2001 tertanggal 19 Januari 2001 yang menetapkan Imlek sebagai hari libur fluktuatif dan Presiden Megawati mengumumkan mulai tahun 2003 Imlek sebagai hari libur nasional.

Sejak itulah seluruh kegiatan Imlek menjadi perayaan besar di Indonesia. Oleh karena itu, selain menjadi perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa, perayaan ini juga dirasakan oleh seluruh masyarakat sebagai hari libur dan menjadi kesempatan untuk menikmati waktu luang bersama keluarga, sahabat, maupun pacar.

Post a Comment

Previous Post Next Post