Sumber: 3.bp.blogspot.com |
Masjid
Namira Lamongan sering disebut sebagai Masjidil Haram karena tampak dari masjid
ini memiliki nuansa yang sangat khas dengan masjid yang berada di Timur Tengah
tersebut. Masjid ini merupakan salah satu bangunan yang termegah dan terunik di
Lamongan karena mengusung konsep yang berbeda dengan masjid pada umumnya.
Masjid
Namira terletak di Jl. Kramat Jaya, Sanur, Jotosanur, Kec. Tikung, Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur. Masjid Namira didirikan oleh pasangan suami-istri, Helmy Riza dan Eny Yuli Arifah. Mereka merupakan sepasang pengusaha asli
Lamongan dan merupakan pemilik toko emas terbesar di wilayah tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa masjid ini dibangun secara pribadi bukan milik pemerintah.
Masjid ini
awalnya memiliki luas 1 hektar dan memiliki kapasitas 500 orang. Tetapi pada
perkembangannya masjid ini lantas di renovasi hingga akhirnya selesai pada
tanggal 2 Oktober 2016. Luas masjid setelah renovasi mencapai 2.750 meter
dengan menempati lahan sekitar 2,7 hektar dan dapat menampung 2500 jamaah.
Nama Masjid Namira diambil dari salah satu nama putri pemilik masjid ini bersamaan dengan
nama salah satu masjid yang ada di Padang Arofah, Arab Saudi. Wakil Takmir
Masjid Namira Lamongan, Ahrian Saifi mengatakan, "Nama masjid Namira
terinspirasi dari masjid yang ada di Arab Saudi yang terletak di antara
Al-haram dan Arafah tepatnya di Jabal Rahmah (Padang Arafah) yang juga memiliki
nama Namira."
Masjid yang
memiliki ini mempunyai daya tarik tersendiri bagi para jamaahnya. Banyak ciri
khas pada elemen elemen masjid Namira Lamongan yang tidak dimiliki masjid lain.
Bangunan masjid ini di desain dengan konsep minimalis khas Timur Tengah.
Bentuk fasad
masjid Namira Lamongan berbentuk kotak. Pada masjid ini terdapat 3 kubah yaitu
1 kubah utama dan 2 kubah pendamping, kuba-kubah tersebut terbuat dari beton
sehingga terlihat kokoh dan minimalis. Di tambah lagi pemberian warna emas
memberikan kesan mewah dan megah. Selain kubah masjid Namira Lamongan juga
memiliki menara berbentuk balok panjang yang di desain menyerupai menara
pengontrol lalu lintas udara pada bandara, hal itu karena menyeleraskan dengan
bentuk fasad bangunan ini. Pada badan menara ini diberikan ornamen-ornamen khas
Timur Tengah dan pada puncak menaranya juga terdapat lafadz Allah yang menambah
kesan seni arsitektur islamnya. Tidak hanya itu, pada dinding dinding bagian
luar masjid terdapat ornamen berupa roaster berbentuk geometris yang mana
bentuk geometris ini merupakan ciri khas dari arsitektur islam.
Masjid ini
juga mempunyai lahan parkir yang sangat luas. area parkirnya bisa menampung
sekitar 3000 kendaraan roda dua, 1000 kendaraan roda empat berukuran sedang,
serta 100 bus. Sepanjang jalan masuk ke masjid para jamaah akan di suguhkan
dengan banyak pohon bonsai yang ditanam dalam pot. Selain tanaman bonsai juga
terdapat pohon zaitun.
Bukan hanya
bagian eksteriornya saja yang tampak megah dan mewah layaknya masjid di Timur
Tengah, namun desain interiornya pun juga tak kalah unik dan mewah. Ketika
memasuki masjid Namira Lamongan kita akan di suguhkan nuansa khas Masjidil
Haram karena terdapat bau parfum Surati yang disemprotkan setiap menjelang
maghrib, parfum ini adalah parfum yang sama digunakan di Masjidil Haram.
Ditambah lagi karpet tebal dan empuk yang seakan akan seperti kita sedang
berada di Roudhoh Madinah atau rumah Rasulullah SAW. Itulah salah satu alasan
yang membuat masjid ini memiliki nuansa Masjidil Haram.
Bagian yang
paling unik, paling menjadi daya tarik para jamaah sekaligus menjadi point of
interest pada interior masjid Namira Lamongan ini terletak pada bagian
mihrabnya, karena didepan mihrab tersebut berdiri kokoh sebuah kaca tebal
berisi Kiswah atau kain penutup Ka' bah besar berukuran 6.3 x 3.3 meter yang
sengaja di datangkan langsung dari Masjidil Haram, Makkah. Terdapat juga kiswah
kiswah kecil yang di figura rapi terletak di sebelah kanan kiri mihrab. Kiswah
besar yang ada di masjid Namira Lamongan merupakan hadiah yang diberikan oleh
imam besar masjid Nabawi Madinah kepada H. Helmy Riza. Waras Wibisono selaku
Ketua Takmir Masjid Namira mengatakan jika H Helmy diberikan mahar berupa
kiswah saat beliau dijamu makan malam oleh Imam Nesar masjid Nabawi dan
Muassasah. Pada diding tempat imam juga tampak berkilau megah karena di lapisi
emas.
Sebagian
besar diding bagian dalam masjid ini berbahan dasar kaca yang merupakan salah
satu ciri dari arsitektur minimalis dan pada bagian tengah tidak memakai tiang
penyangga sehingga tampak lebih luas. Terdapat juga ornamentasi khas arsitektur
islam yang berupa kaligrafi lafadz Allah di bagian tengah langit langit masjid
yang menyala ketika malam hari.
Tata letak
tempat wudhunya juga di bangun dengan nuansa khas Masjidil Haram dan masjid
Madinah. Saat memasuki tempat wudhu, para jamaah akan melihat kursi kursi
permanen yang di khususkan untuk para jamaah yang tidak bisa wudhu dengan
berdiri, kursi permanen ini di dominasi keramik berwarna coklat. Terdapat juga
pijakan kaki yang memudahkan para jamaah ketika mensucikan bagian kaki.
Terkadang banyak para jamaah yang memilih untuk wudhu dengan duduk sehingga
dapat merasakan nuansa wudhu berbeda dari biasanya.
Selain di
gunakan untuk tempat sholat, pada masjid Namira Lamongan juga terdapat banyak
kegiatan lainnya. Salah satu kegiatan yang menjadi ciri khasnya adalah WARAS
atau warung subuh gratis. Kegiatan ini dilakukan setiap hari ahad oleh takmir
masjid Namira Lamongan yang bertujuan memanjakan para jamaah para jamaah
khususnya yang sholat subuh di masjid Namira Lamongan.
Oleh: Hilmi Al Fikri
Post a Comment