Oke tenang-tenang semua akan terjawab di sini. Allah
memang telah mentakdirkan dan menuliskan semua yang terjadi hari ini di Lauh Mahfudz. Mulai dari tanggal lahir
kita sampai tanggal kematian kita. Allah juga tahu kalau nantinya kita akan
berbuat dosa dan maksiat kepada Allah. Tapi mengenai sebab kematian orang itu
dan cara orang itu melakukan dosa atau melakukan kebaikan itu adalah pilihan
orang itu sendiri. Dengan kata lain takdir Allah masih bisa berubah atau bisa
dinegosiasikan. Imam Syafi'i membagi takdir menjadi dua, yaitu takdir muallaq
dan takdir mubram.
Artinya Allah memberi keputusan kepada masing-masing hamba itu sendiri untuk berbuat maksiat dan berbuat baik sesuai dengan ikhtiyarnya. Tapi, selalu beriringan dengan taldir Allah. Karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Artinya Allah memberi keputusan kepada masing-masing hamba itu sendiri untuk berbuat maksiat dan berbuat baik sesuai dengan ikhtiyarnya. Tapi, selalu beriringan dengan taldir Allah. Karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Analoginya seperti ini, ada majikan yang menyuruh
pembantunya untuk membeli sesuatu, kecap misalnya. Majikan itu tidak
memberitahu detail dari deskripsi kecap itu dan memberi kebebasan kepada
pembantu itu untuk membeli kecap itu di toko manapun. Maka, pembantu bebas
memilih toko manapun dan kecap jenis apapun. Yang penting yang dibelinya adalah
kecap.
Intinya adalah Allah memang telah mentakdirkan kematian dan hidup kita tapi kita bebas memilih mau seperti apa kita mati, dan dalam keadaan apa kita mati. Entah khusnul khotimah atau su'ul khotimah. Dan lantas bagaimana dosa orang yang bunuh diri? Allah tetap memberi balasan yang setimpal terhadap dosa seorang hambaNya sesuai perbuatannya. Di dalam sebuah hadis dijelaskan “Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka jahannam secara terus menerus dan ia kekal di dalamnya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka Jahannam dan ia kekal di dalamnya,” (HR. Muslim). Karena orang yang bunuh merasa tidak terima terhadap pemberian Allah dan tidak terima akan takdir yang diberikan oleh Allah sehingga ia depresi dan melakukan bunuh diri. Maka dari itu dosanya tergolong dosa besar, bahkan lebih besar dari membunuh orang.
Intinya adalah Allah memang telah mentakdirkan kematian dan hidup kita tapi kita bebas memilih mau seperti apa kita mati, dan dalam keadaan apa kita mati. Entah khusnul khotimah atau su'ul khotimah. Dan lantas bagaimana dosa orang yang bunuh diri? Allah tetap memberi balasan yang setimpal terhadap dosa seorang hambaNya sesuai perbuatannya. Di dalam sebuah hadis dijelaskan “Barangsiapa yang bunuh diri dengan besi, maka besi yang tergenggam di tangannya akan selalu ia arahkan untuk menikam perutnya dalam neraka jahannam secara terus menerus dan ia kekal di dalamnya. Barangsiapa yang bunuh diri dengan dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka Jahannam dan ia kekal di dalamnya,” (HR. Muslim). Karena orang yang bunuh merasa tidak terima terhadap pemberian Allah dan tidak terima akan takdir yang diberikan oleh Allah sehingga ia depresi dan melakukan bunuh diri. Maka dari itu dosanya tergolong dosa besar, bahkan lebih besar dari membunuh orang.
Perbuatan yang kita lakukan memang sudah ditakdirkan
oleh Allah. Tapi sebagai hamba yang dikaruniai akal oleh Allah seharusnya kita
bisa berpikir mana yang baik dan mana yang buruk. Karena apa yang kita lakukan
di dunia akan kita pertanggungjawabkan nanti di akhirat. Oleh karena jangan
hanya berpegang teguh pada takdir. Mungkin kita bisa membagi 50:50 antara
takdir dan ikhtiyar kita. Karena apa yang kita lakukan adalah apa yang akan
kita pertanggungjawabkan.
Post a Comment