Sunan Kalijaga dalam Mengislamkan Pulau Jawa

Dok. pribadi

Wayang adalah salah satu kesenian yang digunakan oleh wali songo dalam menyebarkan Islam di pulau Jawa. Kesenian wayang dipakai dan dimanfaatkan oleh sunan Kalijaga untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Jawa. Wayang sendiri sudah ada sejak zaman sebelum islam masuk di Indonesia yaitu sejak zaman hindu budha. Wayang adalah pertunjukkan yang menjadi hiburan bagi orang Jawa dulu yang masih sangat kental dengan budaya lokal. Sunan Kalijaga memasukkan nilai-nilai keislaman dalam cerita yang diperankan oleh wayang-wayangnya diantaranya.

 

Tiga nasihat Semar

Semar adalah salah satu dari tokoh punokawan. semar sebagai anggota punokawan tertua sekaligus paling dihormati di antara bagong, gareng, dan petruk. Sebenarnya Semar sudah dikenal masyarakat Jawa juauh sebelum Sunan Kalijaga lahir. Nama Semar sendiri bisa ditemukan dalam kakawin Siwa Sogata, Sanghyang Nawaruci dan Sudamala dan juga terdapat dalam relief candi sukuh. Ia diibaratkann sebagai prototype orang jawa yang sesungguhnya. Sunan kalijaga menyampaikan 3 nasihat melalui tokoh semar ini. Diantaranya yaitu; 

 

Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dewe.” Yang artinya jangan mengaku pintar jika belum bisa mencari kesalah diri sendiri. Kebanyakan manusia memang suka menghakimi tanpa berkaca kepada diri sendiri. Mengklaim dirinya selalu benar dan menyalahkan sesuatu yang bertentangan dengan pendapatnya.

 

Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake uwong liyo” jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain. Kita bisa lihat sendiri berapa banyak orang yang merendahkan orang lain. Dengan mengatakan kata-kata umpatan yang kurang pantas. Seolah mengganggap dirinya yang paling benar. Jika dulu umpatan hanya bisa dilafadzkan lewat perkataan sekarang kata-kata celaan itu banyak bermunculan di social media dengan konteks memabnggakan diri sendiri dan menjatuhkan orang atau pihak lain.

 

Ojo ngaku suci yen durung iso manunggal ing Gusti”. Yang artinya jangan mengaku suci jika belum bisa menyatu dengan Gusti (makrifat). Konteks kalimat ini tidak dapat diartikan secara kontekstual. Di sini tidak berarti menyatu dengan Gusti yang seperti Syekh Siti Jenar paktikkan. Melainkan mengkosongkan jiwa kita dan bermunajat kepada sang pencipta. Sejatinya tidak ada memang manusia yang benar-benar suci. Bahkan malaikat dan nabi pun pernah melakukan kesalahan. Karena kebenaran mutlak hanya milik Allah. 

 

Penyampaian melalui ajakan punokawan ini dirasa sangat bijak. Sehingga masyarakat Jawa tertarik dan mau mempeajari islam. Dengan senang tanpa adanya paksaan apalagi kekerasan.

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post