Perlukah Revolusi Akhlak?

Sumber: hidayatuna.com

Saat ini Indonesia telah ramai dengan gaungan orasi revolusi akhlak yang dilakukan oleh Habib Rizieq Shihab di hadapan para pendukung dan simpatisan FPI yang menyambut kepulangannya di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat, Selasa (10/11) lalu.

Orasi ini pun berlanjut saat Habib Rizieq mengisi ceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW, seperti dilihat di YouTube Front TV, Minggu (15/11).

Habib Rizieq juga meminta tidak ada pihak yang menghalangi rencananya ini. Dia juga meminta jemaahnya menjaga agenda keliling Indonesia ini, dikutip dari detik.com.

Hal ini menjadi permasalahan pelik oleh para ulama serta pemerintah Indonesia. Di satu sisi Indonesia memang sedang mengalami krisis akhlak. Sehingga revolusi akhlak ini sangat perlu dilakukan. Karena sejatinya Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Tapi di sisi lain ini akan menimbulkan kemadharatan.

Pertama, melawan pemerintah yang sah. Kondisi saat ini Indonesia bahkan dunia Tengah mengalami pandemi covid 19 yang mengharuskan kita menghindari kerumunan untuk mencegah penularan virus covid 19 ini. Sedangkan yang saat ini dilakukan oleh Habib Rizieq, akan menimbulkan kerumunan massa yang

Kedua, berkaitan dengan akhlak. Sungguh sangat tabu jika revolusi akhlak digaungkan oleh orang yang tidak berakhlak atau dengan cara yang tidak berakhlak.[1] Hal ini tercermin dari orasi beliau (Habib Rizieq Shihab) saat ceramah di acara Maulid Nabi Muhammad.

Ajakan revolusi akhlak dengan cara tidak berakhlak. Akhlah Rasullullah yang santun, penuh kasih sayang dengan dakwahnya yang mengajak secara damai  bukan memprovokasi.  Ha ini yang sungguh sangat berlawanan dengan orasi Habib Rizieq yang terkesan memprovokasi. Sehingga menimbulkan perpecahan antara umat islam yang pro dan kontra terhadap ajakan beliau.

KH. Mustofa Bisri atau yang kerap disapa Gus Mus ini menghimbau "Tolong para kyai para ustadz para habaib untuk hadirkan lagi akhlak Rasulullah, kasih sayang rasulullah pada sesame, dakwahnya rasulullah yang mengajak, tolong dihadirkan. Agar orang-orang awam yang tidak faham Al-Qur'an kurang faham dengan pribadi Rasulullah bisa menyimak anda sekalian yang ngerti Al-Qur'an yang ngerti sirah Rasulullah."

Ketiga, dikhawatirkan akan menimbulkan pertumpahan darah. Polisi menembak enam dari 10 orang yang disebut simpatisan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, tepatnya di Kilometer 50, pada Senin (7/12/2020) dini hari.[2] Belum diketahui secara pasti dan masih menimbulkan perseteruan antara polisi dan pihak FPI masalah kronologis kejadian peristiwa tersebut. Tapi dapat ditarik kesimpilan hal ini ditakutkan akan menimbulkan pertumpahan darah yang lebih banyak lagi.

Dari sudut pandang Tauhid Akhlak dan Tasawuf. Penyelesaian masalah ini sejalan dengan makalah kelompok 6 pada pertemuan ke 5, dengan tema “Analisis Perbandingan Akhlak, Etika, Moral, dan ukuran baik buruk.”

Di sana dipaparkan tentang akhlak dalam masyarakat, beragama bernegara dan terhadap agama. Bahwasanya akhlak dalam masyarakat berusaha meciptkan masyarakat sesuai al qur’an dan hadits. Akhlak beragama bernegara meliputi kepatuhan terhadap ulil amri yang sah dan berkuasa selama itu tidak bertentangan dengan agama dan ikut serta dalam membangun negara. Juga akhlak terhadap agama dengan beriman kepada Allah menjauhi larangannya dan mentaati Rasulullah.

Artinya kita harus menciptakan kedamaian di masyarakat sesuia dengan perintah al quran. Dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 Allah Berfirman:

اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ اِخۡوَةٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَيۡنَ اَخَوَيۡكُمۡ ‌ۚ‌وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ

Yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujurat:10)

Dalam berbagai riwayat Rasulullah juga melakukan jalan damai selagi ada kesempatan untuk berdamai kepada kaum quraisy. Terbukti dengan adanya berbagai perjanjian, salah satunya perjanjian hudaibiyah. Adapun peperangan yang dilakukan Rasulullah merupakan jalan terakhir yang diambil ketika jalur diplomasi tidak berhasil.

Maka dari itu, selagi kita bisa menggunakan jalur yang tidak melibatkan kekerasan apalagi sampai pertumpahan darah. Lebih baik untuk memilih jalur tersebut. Dan marilah kita patuhi pemerintah yang sah, yang telah kita percayai untuk memimpin bangsa ini, selagi itu tidak membahayakan dan tidak menyalahi syariat islam. Sangatlah baik jika revolusi akhlak itu dilakukan dengan cara damai tanpa menimbulkan kegaduhan, kekerasan, pembunuhan serta melawan pemerintahan yang sah.



[1] Menurut pengakuan Gus Miftah di chanel Youtube Suara Islam

[2] Wahyu Adityo Prodjo.Megapolitan.kompas.com.(07/12). Dikutip tgl 13 Desember 2020

Post a Comment

Previous Post Next Post