Percampuran Seni Islam dan Budaya

Sumber: waromuhammad.blogspot.com

Berbicara seni dapat diketahui bahwa seni berkembang dari masa ke masa. Semakin ke sini, seni klasik semakin berkembang. Banyak para seniman klasik tak terlepas dari peranan ulama-ulama terdahulu, seni Islam mempunyai dasar yang jelas dalam melahirkan proses kreatif di dalam berkarya.

Karya seni Islam senantiasa memberikan arah tujuan kehidupan manusia yang lurus sesuai dengan fitrah manusia yang berlandaskan pengabdian. Karena Islam mengenal adanya akhirat setelah dunia, berdasarkan tujuan dan kandungan seni Islam maka setiap seniman Muslim harus memahami nilai-nilai Islam terlebih dahulu sebelum menguasai sesuatu tentang seni.

Dalam arti lain, nilai Islamlah yang akan menjadi rujukan keseniannya. Seorang seniman yang melahirkan karya seni tidak terlepas dari pengalaman dan kehidupan yang dijalaninya, bisa jadi pengalamanlah yang membuat mereka bangkit untuk mengembangkan karya seni. Oleh sebab itu, jika ia memahami nilai-nilai secara baik dan meyeluruh, maka karya seni  islam yang dihasilkan pasti memancarkan roh keislamannya. Oleh karena itu, kebanyakan ulama dalam menyebarkan islam menggunakan seni, kita sering mendengar Walisongo.

Kebanyakan walisongo menyebarkan islam melalui seni-seni yang mereka buat. Walisongo dengan keahlian keseniannya telah mampu menyebarkan agama Islam hingga keberbagai daerah di Nusantara. Misalnya, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang yang menjadikan seni musik sebagai media dakwah, kalau dilihat dari perkembangan zaman seni musik dari abad ke abad mengalami banyak perubahan, begitupun seni lainnya.

Tidak bisa dipungkiri  bahwa seni pada zaman dulu sangat berperan penting bagi penyebaran islam, seperti wayang yang menjadi sarana dakwah para Walisongo. Wayang merupakan suatu seni pertunjukan yang paling mengakar kuat dalam alam pikiran masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa meyakini bahwa lakon atau cerita yang dipentaskan dalam wayang merupakan kisah kehidupan manusia di dunia ini. Dalam pemikiran masyarakat Jawa terdapat paralelitas antara wayang purwa dengan manusia.

Wayang yang sebelumnya berperan sebagai salah satu bentuk ritual keagamaan untuk pemujaan arwah nenek moyang serta dewa-dewa, telah mengalami perubahan fungsi dengan dijadikan sebagai sarana dan media untuk kepentingan dakwah dan pendidikan. Dalam bidang ini tiket menonton wayang hanya menggunakan dua kalimat syahadat.

Tidak hanya itu Walisongo juga menyelipkan nilai-nilai keislaman dalam pertunjukan wayang,  Walisongo melakukan berbagai penyesuaian agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Bentuk wayangpun diubah yang awalnya berbentuk menyerupai manusia menjadi bentuk yang baru. Wajahnya pipih, leher dibuat memanjang, lengan memanjang sampai kaki dan bahannya terbuat dari kulit kerbau.

Wayang yang ada saat ini tidak terlepas dari peranan Walisongo. Walisongo telah memodifikasi wayang hingga sedemikian rupa, seni yang sering kita nikmati ini biasanya di mainkan oleh dalang dengan cerita-cerita masa kini tanpa melupakan unsur-unsur yang sudah ada sejak dulu. Dengan demikian, berarti seni  Islam pada zaman dulu masih tetap dilestarikan sampai sekarang sebagai sarana hiburan.

Post a Comment

Previous Post Next Post